Halo : )
Kali ini gw pngen mengenang masa-masa kecil gw di Tangerang, Banten. Berhubung dulu gw tinggal di sana, ini di bawah ini salah satu dongeng yg berasal dari Banten.
Happy reading ^_^
ASAL-USUL BATU KUWUNG
Di Kecamatan Padarincang, Ciomas terdapat objek wisata Batu Kuwung. 'Batu Kuwung' itu sendiri berarti batu cekung. Batu cekung itu menyemburkan mata air panas yang dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ayo, kita baca kisahnya berikut..
Pada zaman dahulu hidup seorang saudagar kaya raya yang punya hubungan dekat dengan kerajaan Sultan Haji. Dia menguasai hampir seluruh tanah pertanian di desa-desa. Selain itu, dia juga menjadi seorang kepala desa di tempat tinggalnya. Seluruh penduduk mengenalnya sebagai seorang yang sewenang-wenang dan serakah. Dia kerap menyalahgunakan kekuasaan yang diberikan dengan memungut pajak yang lebih tinggi dari tarif yang diharuskan. Sang saudagar juga dikenal kikir. Dia tak pernah mau menolong orang yang tertimpa musibah dan orang miskin. Dia pun tak mau berkeluarga, baginya menikah dan memiliki anak adalah suatu pemborosan. Dia sangat dibenci karena hidup bermewah-mewahan bersama beberapa orang pengawal pribadinya di tengah masyarakat yang miskin.
Suatu hari datang seorang lelaki sakti menyamar sebagai seorang pengemis lapar berkaki pincang. Dia ingin memberi pelajaran dan menyadarkan Sang Saudagar. Caranya, dia menemui dan meminta makanan serta sedikit kekayaan Sang Saudagar. Bukannya memberi, Sang Saudagar justru malah memaki-maki dan mendorong tubuh Si Pengemis hingga jatuh tersungkur mencium tanah. Mendapat perlakuan seperti itu, Si Pengemis pun murka dan berkata, "Hai, Saudagar yang sombong dan kikir, kau pun harus merasakan betapa lapar dan menderitanya aku!". Setelah berkata demikian, Si Pengemis pun raib dari pandangan mata dan membuat Sang Saudagar terhenyak.
Esok harinya setelah bangun dari tidur, Sang Saudagar panik karena mengalami kelumpuhan. Tak berapa lama, dia memerintahkan para pengawalnya untuk mencari tabib-tabib sakti yang mampu mengobati kelumpuhan. Apabila dia sembuh maka imbalan yang sangat tinggi akan diberikan pada Sang Tabib. Meski sudah banyak tabib berusaha mengobati, tak ada satu pun yang berhasil. Akhirnya dia berjanji memberi setengah dari harta kekayaannya bagi yang mampu menyembuhkannya.
Mendengar janji tersebut, Si Pengemis datang menemui dan menjelaskan apa yang sebenarnya menyebabkan kelumpuhan kaki Sang Saudagar. "Ini adalah ganjalan atas sifatmu yang kikir dan sombong," ujar Si Pengemis. Si Pengemis memerintahkan Sang Saudagar untuk melakukan tiga hal jika ingin sembuh. Pertama, mengubah sifat sombong dan kikir. Kedua, bertapa di sebuah batu cekung di Gunung Karang selama tujuh hari tujuh malam tanpa makan dan minum. Ketiga, bila sembuh Sang Saudagar harus memenuhi janji untuk merelakan setengah dari harta kekayaannya kepada orang-orang miskin. Sang Saudagar percaya dan melakukan apa yang diperintahkan Si Pengemis.
Setelah melalui perjalanan yanag melelahkan, Sang Saudagar sampai di gunung. Dia lalu mulai bertapa melewati berbagai godaan. Pada hari terakhir pertapaan, batu cekung tersebut menyemburkan sumber mata air panas. Sang Saudagar segera mandi dan secara ajaib dia sembuh dari kelumpuhan. Dia pun pulang ke kampung dan memenuhi janjinya pada orang-orang miskin. Selain itu, dia juga menikahi seorang gadis cantik, anak seorang petani miskin. Dia kemudian dikenal sebagai seorang saudagar dermawan dan banyak yang menyayanginya.
SUMBER
Wulang Humba, Kumpulan Dongeng Rakyat Nusantara, Penerbit Pionir Media